LAPORAN PRAKTIKUM UJI KUALITAS ASAM LEMAK BEBAS (Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Sawit)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Dalam banyak literatur ilmiah dipakai istilah lipid yang berarti lemak, minyak atau unsur yang menyerupai lemak yang didapat dalam pangan dan digunakan dalam tubuh. Lemak mengandung lebih banyak karbon dan lebih sedikit oksigen daripada karbohidrat. Oleh karena itu lebih banyak mempunyai nilai tenaga. Lemak merupakan suatu senyawa ester yang terbentuk dari gliserol asam lemak (asam karboksilat). secara umum lemak (fat) dan minyak (oil) merupakan golongan lipida yaitu senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietileter.
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan golongan lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya eter, benzen, kloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air. Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair.
Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak ini. Asam lemak dapat bereaksi dengan basa, membentuk garam (Ketaren,1986). Oleh karena itu praktikum ini penting dilakukan karena kita dapat mengetahui berapa persen asam lemak bebas yang dihasilkan dari bahan minyak goreng dan CPO.


1.2  Tujuan
Untuk menganalisis asam lemak babas ( ALB ) pada minyak kelapa sawit.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian ALB
Asam lemak adalah asam karboksilat dengan panjang alifatik ekor (rantai), yang baik jenuh maupun tak jenuh. Kebanyakan alami asam lemak rantai telah  bahkan jumlah atom karbon dari 4 sampai 28. Asam lemak biasanya berasal dari trigliserida atau fosfolipid. Ketika mereka tidak melekat pada molekul lain, mereka dikenal sebagai "bebas" asam lemak (Jeski, 2012).
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor  panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.Data dpartemen perindustrian (SNI 01-3741-1995) menyatakan bahwa kadar air maksimal minyak adalah 0,30%. Syarat keadaan bau, warna dan rasa dalam keadaan normal asam lemak bebas tidak lebih dari 0,30%.
2.2  Alkohol
Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol dapat dikenali dengan rumus umumnya R-OH. Alkohol merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia organik karena dapat diubah dari dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol akan menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksi bisa menghasilkan senyawa yang mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa mengandung ikatan O-H. Salah satu senyawa alkohol, etanol (etil alkohol, atau alkohol sehari-hari), adalah salah satu senyawa yang dapat ditemukan pada minuman beralkohol. Rumus kimianya CH3CH2OH ( Anonim, 2011a).

  Alkohol umumnya berwujud cair dan memiliki sifat mudah menguap (volatil) tergantung pada panjang rantai karbon utamanya (semakin pendek rantai C, semakin volatil). Kelarutan alkohol dalam air semakin rendah seiring bertambah panjangnya rantai hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena alcohol memiliki gugus OH yang bersifat polar dan gugus alkil (R) yang bersifat nonpolar, sehingga makin panjang gugus alkil makin berkurang kepolarannya (Anonim, 2010).

2.3  Indikator pp
Fenolphtalein (phenolphthalein) atau biasa disingkat sebagai pp adalah suatu senyawa organik dengan rumus  dan biasa dipakai sebagai indikator untuk titrasi asam basa. Tidak bewarna dalam larutan asam dan berwarna fuksia (pink) bila dalam larutan basa (Febri,2011).
Fungsi penambahan indikator fenoftalein untuk mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada larutan.Indikator PP dengan range pH 8,0 ± 9,6 merupakan indikator yang baik untuk larutanbasa dimana indikator ini akan merubah warna larutan dari bening menjadi merah muda akibat dari perubahan pH larutan pada saat penitrasian (Aqulfer, 2012).

2.4  Natrium hidroksida (NaOH)
 Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. NaOH digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil,  air minum, sabun dan deterjen.  Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan  dalam  laboratorium  kimia.  Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH juga  sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan  metanol,  walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan  ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Anonimn, 2012).

2.5  N – hexsane
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan heks– merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran –ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil.



BAB III
METODELOGI
3.1  Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 15 oktober 2019. pukul 09.30 – selesai. Bertempat dilaboratorium pengujian TIP POLITALA.

3.2  Alat dan bahan
Alat : alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung erlenmeyer 3 buah , labu ukur, corong kaca, gelas beaker, pipet tetes, biuret dan gelas ukur.
Bahan : bahan – bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah NaOH, N – Heksane, alkohol 95 %, dan indikator pp.

3.3  Prosedur kerja
1.  Disiapkan alat dan bahan.
2.  Ditimbang masing – masing erlenmeyer, kemudian timbang cpo sebanyak ± 5 gram.
3.  Ditambahkan pelarut sebanyak 50 ml ( N – Heksane ).
4.  Ditambahkan indikator pp sebanyak 5 tetes.
5.  Dititrasi larutan NaOH 0,1 N hingga berwarna merah bata.
6.  Dihitung persen ALB menggunakan rumus.
    ALB = ( volume titrasi NaOH x normalitas NaOH x BM minyak Kelapa / 1000 x berat minyak ) x 100 


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
kelompok
berat
Persen ALB
Ekstraksi ( CPO)
7,02
17,06 %
1 ( CPO pabrik )
5,36
6,57 %
2 ( CPO pabrik )
5
7,27 %
3 ( CPO pabrik )
5,07
7,12 %
4 ( CPO pabrik )
5,12
7,67 %
5 ( CPO pabrik )
5,03
7,89 %

4.2  Pembahasan
Asam Lemak Bebas adalah suatu tolak ukur mutu dari suatu CPO yang mana merupakan minyak yang dihasilkan dari buah kelapa sawit. Asam lemak bebas atau Free Fatty Acid terjadi karena pada buah kelapa sawit yang ketika habis dipanen, buah tersebut tidak langsung diolah melainkan dibiarkan atau tersimpan di tempat panen, yang akan menyebabkan terjadinya proses hidrolisis pada minyak menjadi asam-asamnya.
Sesuai ketetapan yang telah berlaku selama ini, dalam usaha kelapa sawit selalu diusahakan agar ALB dari suatu kelapa sawit rendah sehingga randomennya tinggi. Hal ini disebabkan karena dengan adanya asam lemak bebas yang tinggi dari sawit mengakibatkan produksi minyak dari sawit menurun sehingga dapat beresiko mengalami kerugian. Oleh karena itu, dalam suatu usaha minyak sawit diusahakan agar ALB dari suatu minyak serendah mungkin agar dapat menghasilkan minyak yang berkualitas/bermutu sehingga harga jual tinggi dan memperoleh keuntungan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis kadar asam lemak bebas dari minyak CPO diawali dengan menimbang minyak CPO yang akan digunakan yaitu sebanyak kurang lebih 5 grmenggunakan erlenmeyer. Langkah selanjutnya adalah dengan menambahkan N-hexane sebanyak 50 ml dengan menggunakan pipet ukur. Dan selanjutnya melakukan penetesan indikator fenolplaten (pp) sebanyak 5 tetes. Kemudian melakukan titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N secukupnya hingga terjadi perubahan warna yang permanen dari warna kuning menjadi warna merah bata. Tujuan titrasi adalah untuk mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen yaitu titik dimana jumlah mol ekuivalen titran sama dengan jumlah mol ekuivalen produk. Untuk menentukan kapan titran berhenti, sebelum melakukan titrasi perlu ditambahkan terlebih dahulu indikator. Indikator yang digunakan pada pratikum ini yaitu indikator fenolplaten (pp). Indikator PP disini berfungsi untuk menentukan titik akhir yaitu ditandai dengan perubahan warna pada minyak CPO yang digunakan menjadi merah bata dari warna semula yang kuning. Titik akhir yaitu titik dimana indikator mulai berubah warna. Titik akhir diharapkan sedekat mungkin dengan titik ekuivalen agar hasil yang didapatkan valid. CPO di Indonesia mengacu pada SNI 01-2901-2006 tentang minyak kelapa sawit kasar. Di dalam aturan tersebut CPO yang layak diperjualbelikan memiliki kadar asam lemak bebas (ALB) yang kurang dari 5%. Dalam prakteknya, industri masih merasa sulit untuk memenuhinya. Hal ini terutama disebabkan oleh proses penanganan yang kurang baik sehingga aktifitas enzim lipoksigenase dapat dengan mudah meningkatkan ALB. Dengan keadaan tersebut, mendorong terjadinya praktek adulterasi dengan cara mencampurkan CPO yang telah out of spec (kadar ALB lebih dari 5%) dengan CPO berkadar ALB kurang dari 5% sehingga didapatkan kadar ALB yang sesuai dengan standar.
Dari hasil praktikum, didapat hasil CPO olahan pabrik seperti pada tabel diatas dengan rata – rata ALB diatas 5% dimana kadar ALB yang paling rendah didapat oleh CPO milik kelompok 1 yaitu 6,57%. Dan sebagai pembanding yaitu CPO hasil ekstraksi ternyata memiliki kadar ALB sangat besar hingga mencapai 17,06 %



BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Dari hasil praktikum disimpulkan bahwa kadar ALB yang sesuai standar adalah kurang dari 5% tetapi hasil yang didapat, kadar ALB pada setiap sampel CPO olahan pabrik memiliki rata – rata diatas 5% dengan hasil yang paling rendah adalah 6,57% sedangkan sebagai pembanding dengan CPO hasil ekstraksi didapat kadar ALB sebesar 17,06%

5.2  Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disarankan praktikan terlebih dahulu memperhatikan hal-hal yang disampaikan oleh laboran atau dosen pengampu agar dapat mempermudah ketika proses percobaan. Dan pada saat melakukan percobaan diharapkan praktikan untuk lebih teliti agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012k. Kualitas Minyak Dengan Penentuan.

 Anonim, 2011a. Kimia Organik Alkohol.

 Anonim, 2011b. Indikator Asam Basa.

AnalisaAsamLemakBebas.http://eiffelgultom.blogspot.com/2012/11/analisa-asam-lemak bebas-ffa.html.Diakses pada tanggal 07 November 2013, Makassar.

Arsip tag fungsi alkohol.http://wanibesak.wordpress.com/tag/fungsi-alkohol/. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2019, Makassar. Himka,2011.

Arik,febri.2011.Fenolphtalein.http://arikfebri.wordpress.com/2011/03/04/fenolphtalein-phenolphthalein/. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2019, Makassar. Aqulfer,2012.


Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN SABUN CUCI PIRING

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN ES KRIM ( ICE CREAM )

LAPORAN PRAKTIKUM EMULSIFIKASI