LAPORAN PRAKTIKUM PERAWATAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN ( PEWIWILAN TANAMAN KARET ) teknologi pengolahan karet


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar belakang
Produktivitas tanaman karet sangat ditentukan oleh kapasitas produksi tanaman dan hamparan, sedangkan kapasiatas produksi secara langsung dipengaruhi oleh tingkat pemeliharaan tanaman. Oleh sebab itu, pemeliharaan memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas tanaman.
Penunasan ( pewiwilan ) adalah kegiatan membuang tunas palsu dan tunas cabang. Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak dijumpai pada stum mata tidur, sedangkan pada bibitan dalam polybag tunas palsu tersebut reltif kecil. Tunas palsu perlu dibuang supaya dalam satu blok dapat tumbuh seragam. Tunas palsu dapat menghambat tumbuhnya mata okulasi dan bahkan dapat menyebabkan mata okulasi tidak dapat tumbuh sama sekali. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu.
Pemeliharaan tanaman karet pada fase TBM dititik beratkan pada upaya mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman terutama lilit batang untuk mempercepat tercapainya matang sadap serta menyeragamkan pertumbuhan tanaman. Dari itu kita harus mengetahui teknik pemeliharaan tanaman karet pada fase TBM yang benar maka dilakukanlah praktikum ini untuk lebih memahami salah satu kegiatan pemeliharaan TBM yaitu penunasan ( pewiwilan ).

1.2  Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui teknik pewiwilan pada tanaman karet



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1  Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan karet
2.1.1      Penyisipan/penyulaman
Penyisipan adalah tindakan penggantian tanaman karet yang mati dengan bibit karet yang baru dengan tujuan untuk mempertahankan populasi tanaman dan tingkat keseragaman. Pemeriksaan tanaman dilakukan selama dua minggu sekali dalam kurun waktu tiga bulan. Tanaman yang mati sesegera mungkin disulam dengan bahan tanam dari klon yang sama dan relatif sama umurnya atau lebih tua dari tanaman yang disulam. Untuk memperoleh bahan tanaman yang seumur, haruslah disediakan bahan tanam dalam polibeg sebanyak maksimal 10% ketika menyiapkan bibitan. Selain bibit dalam polibeg, bahan tanam yang dapat digunakan untuk penyulaman adalah stum mini, stum tinggi, dan core stump (CS). Penggunaan bahan tanam tersebut disesuaikan berdasarkan umur tanaman utama. 
2.1.2      Induksi cabang (Branch Induction)
Induksi percabangan adalah suatu kegiatan pemeliharaan TBM karet yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan lilit batang tanaman sehingga waktu matang sadap bisa lebih cepat. Cara yang dilakukan adalah melakukan perangsangan percabangan dan memodifikasi bentuk tajuk tanaman sehingga dengan demikian maka pertumbuhan tajuk tanaman akan semakin baik dan rimbun yang akan mengoptimalkan laju fotosintesis, dengan demikian pertumbuhan tanaman akan lebih optimal.
2.1.3      Penunasan/Pewiwilan
Penunasan adalah kegiatan membuang tunas palsu dan tunas cabang. Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak dijumpai pada stum mata tidur, sedangkan pada bibitan dalam polibeg tunas palsu tersebut relatif kecil. Tunas palsu perlu dibuang supaya tanaman dalam satu blok dapat tumbuh seragam. Tunas palsu dapat menghambat tumbuhnya mata okulasi dan bahkan dapat menyebabkan mata okulasi tidak dapat tumbuh sama sekali. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Tujuan utama dari penunasan ini adalah untuk mendapatkan bidang sadap yang baik yaitu berbentuk bulat, lurus dan tegak. Sehingga prinsip pelaksanaan penunasan atau pewiwilan ini adalah dengan membuang tunas-tunas yang muncul pada ketinggian 2,5 ± 3 meter diatas tanah. Karena pada ketinggian tersebut merupakan daerah bidang sapad yang harus dipelihara agar mendapatkan bidang sadap yang baik sesuai dengan tujuan utama dari penunasan.
Dalam pelaksanaannya pembuangan tunas harus dilakukan secepat mungkin jangan menunggu sampai berkayu karenadalam pemotongan akan menimbulkan bekas yang akan merusak bidang sadap. Untuk rotasi yang biasa dilakukan adalah 12 x pertahun, namun tidak menutup kemungkinan jika memang sudah ada tunas yang tumbuh pada daerah bidang sadap maka harus segera dilakukan penunasan, jadi rotasi tersebut tidak menjadi patotakan waktu pelaksanaan penunasan.
2.1.4      Pengendalian gulma TBM 
Masalah gulma di perkebunan karet merupakan masalah serius karena mengakibatkan terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara. Di samping itu, juga ada beberapa jenis gulma yang bisa mengeluarkan zat penghambat pertumbuhan seperti zat alelopati pada gulma alang-alang (Imperata cylindrica) sehingga tanaman terhambat dan menjelang waktu penyadapan produksinya rendah. Gulma juga dapat menjadi tanaman inang (host plant) dari hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu, gulma harus dikendalikan.


BAB III
METODELOGI


       3.1       Waktu dan tempat praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat, 06 September 2019 pukul 09.00 WITA – selesai bertempat di Kebun Karet Teknologi Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

       3.2       Alat dan bahan
3.2.1      Alat
Alat yang digunakan adalah alat tulis dan kamera  
3.2.2      Bahan
Bahan yang digunakan berupa media tanam karet di Politeknik Negeri Tanah Laut

       3.3       Prosedur kerja
1.      Diamati setiap baris karet yang telah disedia per kelompok
2.      Dihitung jumlah pohon seluruhnya dan berapa yang diwiwil
3.      Didokumentasikan tanaman yang diwiwil

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4. 1 Hasil
4.1.1      Tabel pengamatan perawatan tanaman belum menghasilakan
Kelompok
Jumlah pohon seluruhnya
Jumlah pohon diwiwil
1
25 pohon
2 pohon
2
24 pohon
3 pohon
3
24 pohon
2 pohon
4
28 pohon
1 pohon
5
23 pohon
2 pohon

4. 2 Pembahasan
Pewiwilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membuang tunas palsu dan tunas samping. Pembuangan tunas palsu bermaksud untuk mendapatkan entres murni yang tumbuh bukan dari batang bawah. Sedangkan pewiwilan tunas samping dilakukan untuk memperoleh jumlah batang entres yang dikehendaki biasanya dua batang dengan tujuan untuk memperoleh sumber batang atas ( entres ) dengan kualitas yang prima. Pelaksanaan pewiwilan harus dilakukan sedini mungkin pada waktu tunas masih muda. Pelaksanaan pewiwilan dilakukan sejak awal pelaksanaan penanaman atau setelah pelaksanaan pemanenan untuk memilih entres yang baik. Pewiwilan saat fase vegetatif dilakukan pada saat masamasa pertumbuhan sampai menjelang masa berbunga. Pewiwilan pada fase generatif dilakukan setelah pemanenan bertujuan untuk peremajaan tanaman.Dari hasil praktikum, didapat data pada tabel hasil. Berdasarkan hasil tersebut, dipastikan setiap baris tanaman karet tentu akan ada tanaman karet yang harus dilakukan pewiwilan. Namun, pewiwilan tidak dapat dilakukan dengan asal, tentu harus tetap ada aspek yang perlu diperhatikan jangan sampai justru yang tadinya tujuan kita untuk pemeliharaan atau perawat justru malah merusak tanaman karet itu sendiri. Beberapa pekerjaan dalam penunasan atau pewiwilan antara lain yaitu tunas liar yang tumbuh diluar mata okulasi dipotong menggunakan pisau sampai ke pangkal atas untuk menghilangkannya, mata okulasi yang sudah tumbuh wajib dijaga supaya tumbuh secara lurus dan tegak ke atas, semua tunas samping perlu dilakukan pewiwilan hingga ketinggian 2,5 meter dari permukaan tanah dan proses pewiwilan dikerjakan setiap 2 minggu sekali terutama ditahun pertama setelah penanaman bibit karet dilapangan.  

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1  Kesimpulan
Pewiwilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membuang tunas palsu dan tunas samping. Pembuangan tunas palsu bermaksud untuk mendapatkan sumber batang atas (entres) murni yang tumbuh bukan dari batang bawah. Sedangkan pewiwilan tunas samping dilakukan untuk memperoleh jumlah batang entres yang dikehendaki. Beberapa pekerjaan yang mesti dilakukan dalam penunasan atau pewiwilan antara lain yaitu tunas liar yang tumbuh diluar mata okulasi dipotong menggunakan pisau sampai ke pangkal atas untuk menghilangkannya, mata okulasi yang sudah tumbuh wajib dijaga supaya tumbuh secara lurus dan tegak ke atas, semua tunas samping perlu dilakukan pewiwilan hingga ketinggian 2,5 meter dari permukaan tanah dan proses pewiwilan dikerjakan setiap 2 minggu sekali terutama ditahun pertama setelah penanaman bibit karet dilapangan.  

    5.2   Saran
Dalam melakukan praktikum, disarankan jangan asal atau sembarangan karena ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karet itu sendiri. 


DAFTAR PUSTAKA


Purwito. 1977. Pedoman Bercocok Tanam Karet  . Fakultas Pertanian UNSOED. Purwokerto.

Setyamidjaja Djoehana. 1983. Karet: Budidaya dan Pengolahan. Cv. Yasaguna. Jakarta.

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN SABUN CUCI PIRING

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN ES KRIM ( ICE CREAM )

LAPORAN PRAKTIKUM EMULSIFIKASI